Halaman

Minggu, 24 Januari 2010

Bandung City is Paris Java

Bandung (pronounced [bʌndʊŋ]) Indonesian: Kota Bandung) is the capital of West Java province in Indonesia, and the country's fourth largest city, and 2nd largest metropolitan area, with 7.4 million in 2007. Located 768 m (2,520 ft) above sea level, Bandung has relatively year-around cooler temperature than most other Indonesian cities. The city lies on a river basin and surrounded by volcanic mountains. This topography provides the city with a good natural defense system, which was the primary reason of Dutch East Indies government's plan to move the colony capital from Batavia to Bandung.

The Dutch colonials first opened tea plantations around the mountains in the eighteenth century, followed by a road construction connecting the plantation area to the capital (180 km or 112 miles to the northwest). The European inhabitants of the city demanded the establishment of a municipality (gemeente), which was granted in 1906 and Bandung gradually developed itself into a resort city for the plantation owners. Luxurious hotels, restaurants, cafes and European boutiques were opened of which the city was dubbed as Parijs van Java (Dutch: "The Paris of Java").

After Indonesian independence on 1945 onwards, the city experienced a rapid development and urbanization that has transformed Bandung from idyllic town into a dense 15,000 people/km² metropolitan area, a living space for over 2 million people. Natural resources have been exploited excessively, particularly in the conversions of protected upland area into highland villa and real estates. Although the city has encountered many problems (ranging from waste disposal, floods to chaotic traffic system, etc), Bandung however still has its charm to attract people flocking into the city, either as weekend travellers or living in.

Kamis, 21 Januari 2010

Indonesiaku "Papua"



Indonesia yang dulu terkenal dengan ragam-budaya, ramah-tamah, kesederhaannya, serta melimpahnya sumber daya alam ampe ada lagu tanem batang tumbuh pohon, sekarang apakah kita masi sekaya itu? Mari kita lihat kembali potret gelap bangsa ini.

Suku-suku pedalaman Papua masi hidup seperti jaman prasejarah?? tanpa sandang dan pangan yang memadai, tak ada pendidikan yang cukup (bukannya ini ada disalahsatu pasal UUD 45, apa mereka bukan warga negara RI?), apa lagi teknologi. Sebagai anak kelahiran papua saya kecewa sekali melihat hal ini, Tanah papua hanya disedot hasil buminya saja, apa bedanya kita dengan penjajah jepang atau belanda waktu jaman jebot dulu. Apakah pemerintah masih santai-santai saja selama melihat mereka masih tersenyum dengan polosnya dan menunggu sampai mereka memberontak minta untuk merdeka, tentunya negara-negara lain yang menginginkan pecahnya indonesia dengan senang hati membantu, akan kasus lepasnya timor-timur akan kembali terulang pada papua? bila terjadi, hancurlah kesatuan negara kita.

Jangankan di daerah-daerah miskin, di kota besar pun potret kemiskinan banyak ditemui. Kapan kita akan menjadi bangsa yang utuh kalo hal seperti ini masih saja dipelihara.

Terinspirasi dari “Pembuatan Kaos Marco Ver. 2″ yang menjadi kontroversi di kalangan marcofellow, tadi malam saya mendapat ide ini. Indonesia dengan penduduk lebih dari 200 juta, tentunya kepala-kepala dengan ide kreatif tak terhitung jumlahnya. Sayangnya hanya beberapa persen saja yang berhasil dan muncul ke permukaan media. Untuk itu impian saya adalah merangkul sebanyak mungkin para designer untuk mendesign kaos dengan ide beda dan kreatif, nanti hasil dari ide cemerlang para designer itu akan diproduksi secara masal, kemudian dijual kemana pun, entah itu pasar, swalayan, mall, distro bahkan klo mungkin sampai ke arisan ibu-ibu RT *wakakaka, ehm.. sori berlebihan*. Nah sisa keuntungan akan kita bikin lagi kaos, tapi ini akan kita sebarkan ke seluruh Indonesia bagi Warga Negara RI yang kurang mampu, sebagai contoh suku-suku pedalaman Papua, Gelandangan di kota-kota besar maupun sedang, bahkan mungkin bisa di sumbangkan ke negara-negara lain yang membutuhkan seperti negara-negara miskin Afrika, daerah konflik seperti Palestina… Wah jadi Global!!

Kalau AQUA saja bisa mempromosikan program 1 liter AQUA untuk 10 liter air bersih, tentunya program 1 kaos untuk 2 atau 3 kaos bersih untuk saudara-saudara kita yang membutuhkan bisa terwujud. Tidak terbatas hanya pada kaos, segala jenis apparel lain seperti jaket, celana sepatu sampai kaos kaki bisa dijadikan kanvas untuk ide-ide jenius kalian. Mari kira hangatkan Indonesia yang terlanjur dingin oleh kejamnya Krisis global. Akankah ide ini terwujud? Hanya diri kita masing-masing yang bisa menjawabnya…